Rabu, 04 September 2013

The Invincible Job

Fotografi.
            Merupakan sebuah bentuk pesan non-vebal yang di bagikan kepada khalayak untuk di konsumsi secara masal dan diketahui kebenaran posisi fakta dan pesan moral yang dikandungnya. Khalayak tidaklah melihat bagaimana peranan sang fotografer di belakang layar. Resiko, nyawa, dan pertaruhan antara profesi, pertemanan, dan rohani sesama umat manusia mereka pertaruhkan demi kepuasan khalayak yang menginginkan informasi yang begitu cepat dan berkualitas.
            Hal tersebut tercermin di dalam Film Documenter yang di alami oleh tokoh pemeran itu sendiri. "The Bang bang club" merupakan suatu kisah sekelompok jurnalis yang mengemban tugas mencari bukti - bukti autentik mengenai perang antar ras kala itu di Afrika Selatan. Bagaimana Greg Marinovich (Ryan Phillipe), Joao Silva (Neels Van Jaarsveld), Kevin Carter (Taylor Kitsch), dan Ken Oesterbroek (Frank Rautenbach) menantang maut demi sebuah pekerjaan yang ingin mereka dapatkan secara baik dan bernilai seni tinggi. Lihatlah mereka berdiam ditengah peperangan antar ras yang sedang terjadi, bahaya seolah tak mereka risaukan, seolah itu menjadi makanan sehari – hari yang tak pernah saya bayangkan di dalam dunia fotografi. Hilanglah sudah pemikiran saya tentang dunia fotografi yang glamour, selalu mengedepankan hawa nafsu di banding kinerja yang sakral dan bernilai tinggi.
            Sungguh tak adil. Disaat mereka memotret kehidupan peperangan yang kejam dan tak berperikemanusiaan itu, mereka di tuntut untuk tetap netral, tidak memihak pihak manapun. Tujuanya sangatlah mudah di terka, tujuan tersebut agar ketika mereka memotret mereka tidaklah di anggap musuh yang datang dari kelompok lain ketika mereka menolong kelompok lain yang sedang menuju arah kematian. Lihatlah ketika Kevin mendapatkan sebuah hasil foto seorang anak kecil yang manis menghadapi ajalnya. Bukanlah ditemani sang Malaikat, melainkan ditemani burung pemakan bangkai yang siap untuk menyantap anak kecil yang siap mati karena kelaparan itu.

            Lihatlah penyesalan mereka, lihatlah teman mereka yang mati akibat tertembak pada saat peperangan antar-ras itu sedang terjadi. Dan lihatlah begitu menyesalnya Kevin yang malah memotret anak yang akan mati dan bukanlah menolongnya, lalu membawanya ke tempat yang lebih baik. Kevinpun memilih mati ditanganya sendiri daripada terus tertekan dan mati bertahap karena memikirkan hal tersebut.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Enterprise Project Management